"nisaa !"
selama aku mengenal kamu, tak pernah sekalipun kamu mengeluh tentang beban batinmu padaku, entah jika pada yang lain. kamu selalu terlihat bahagia dan baik-baik saja. setiap aku bertanya sesuatu yang sensitif, kamu selalu berusaha mengalihkan pembicaraan. mungkin kamu tidak ingin membaginya denganku, itu tidak masalah. memang seperti itulah kamu. keras kepala. tapi aku sama sekali tidak merasa keberatan dengan keras kepalamu itu, yang terkadang aku harus sangat-sangat bersabar.
"ya tunggu dong. kalau sayang harus mau nunggu", katamu.
"harus berapa lama lagi nunggu ?".
"emang masih mau nunggu ?", tanyamu.
"lu masih mau gue tunggu ga ?".
jujur saja, hampir 2 tahun aku menunggu dan berharap seorang diri. aku berharap kalau kamu akan sadar dan berhenti mempertahankan ego dan gengsimu itu. tapi apa yang ku dapat ? untuk sekedar menjawab "mau atau tidak" saja terasa sulit bagimu. iya, aku ingat kamu pernah bilang
"gue selama ini cuma komitmen aja nis, lo jaga perasaan gue, gue jaga perasaan lo"
tapi kamu itu sadar atau tidak sih ? kalo selama ini aku usaha jaga perasaan kamu, tapi kamu tidak melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan.
ku rasa aku sudah menghabiskan 2 tahunku sia-sia menunggu kamu. sampai-sampai ku tutup hatiku dari orang lain. hanya untuk kamu. aku berharap dan menunggu kamu yang menunggu dia. aku bisa apa ? memaksakan kamu untuk menerimaku ? tidak mungkin. sedangkan keputusan untuk menunggumu merupakan pilihanku.
aku tidak menyalahkanmu atas sendu yang ku alami. aku juga tidak ingin menghukum diriku atas keputusanku tersebut. dari semua ini, aku menyadari kalau kamu memang sejak awal tidak layak aku tunggu. aku sudah menunggu orang yang salah.
hidupku terus berjalan, tidak mungkin aku hidup di masa lalu sedangkan masa depan yang harusnya ku hadapi. aku harus membuka hatiku kembali. melepaskan harapan tentang kamu dan kamu. aku harus menyembuhkan hatiku sendiri. tapi aku berjanji, kalau ada seseorang di masa depan yang bersedia menjadi teman hidupku, aku tidak akan dan tidak ingin membuat dia mengalami apa yang kamu lakukan padaku. aku tidak ingin menghadirkan kamu lagi di antara kami. aku dan dia. entah didalam percakapan, tulisan bahkan pikiran dan hatiku. karena, apa yang sudah melewatkan tidak akan menjadi takdirku. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar